pengunjung

Anda pengunjung ke : Redcounter :
Counter Powered by  RedCounter
Assalamu ’Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh dan Salam Sejahtera.Selamat datang di blog, http://azay-ste.blogspot.com || Terima Kasih atas kunjungan anda di blog ini mudahan semua isi blog ini bermanfa'at buat kalian semua...

Ratusan Tahun Dieksploitasi, Bunyu Tetap Miskin

bAyoooo bunyuku kita bangkitkan daya SDM dan segeralah kita lepas dari kemiskinan..!!!!

PULAU BUNYU – Kekayaan alam yang melimpah ruah di suatu daerah tidak menjadi jaminan kesejahteraan bagi masyarakat di daerah itu. Kondisi seperti ini terjadi di hampir semua wilayah Indonesia, tak terkecuali di Pulau Bunyu, Kalimantan Timur. Pulau Bunyu yang berlimpah dengan kekayaan alam berupa batu bara dan hasil tambang lainnya, masyarakatnya hingga kini tetap hidup miskin.
Apabila sekitar 30 juta metrikton cadangan batu bara yang sekarang ini diekspolitasi PT Lamindo Multikon melalui kontraktornya Adani Global di Pulau Bunyu, habis, bisa saja pulau kecil itu jadi ”pulau hantu” (ghost island).
Bupati Bulungan Budiman Arifin berharap Bunyu ”hidup” menjadi sebuah kota otonom. Perlu banyak komitmen swasta seperti Adani Global pada masyarakat Pulau Bunyu. Komitmen menyejahterakan 12.000 jiwa warga plus pendatang; eksploitasi minyak dan gas selama ratusan tahun--ditambah keberadaan kilang methanol sejak tahun 1882 oleh BPM hingga Pertamina, dan terakhir Medco--belum mampu menyejahterakan penghuni pulau lepas pantai Kalimantan, tidak jauh dari Malaysia dan Filipina itu. Bahkan, eksploitasi membuat ”stagnasi” di pulau itu. Pulau Bunyu tetap miskin, Kampung Pangkalan sebagai ”pusat kota” kondisinya masih seperti 20 tahun lalu.

Satu dua bangunan bertambah, infrastruktur terbatas, jalan tidak lebih lebar dari enam meter, dan toko kecil menjual barang produk Malaysia. Angkutan umum hampir tidak ada. Kebanyakan kendaraan adalah kendaraan perusahaan dan ojek. Namun, pipa minyak dan gas masih bertengger di sepanjang tepi jalan, seperti puluhan tahun silam, berbahaya sekali.
Jalan yang semula dilapisi ”lantung” limbah minyak, kini mulai diaspal. Kendaraan berat tidak lagi melewati jalan yang menuju ke Nibungm, dua kilometer dari pangkalan. Landasan udara Pertamina sudah tidak terpakai, aspal lapisan atas runway terkelupas, sebagian rontok, bahkan batu bara di bawahnya terbakar selama puluhan tahun. Padahal, landasan udara tersebut strategis untuk menjadi pangkalan militer.
Semula, pada tahun 2000 cadangan minyak Bunyu diperkirakan habis, dan setelah itu pulau itu menjadi pulau hantu. Mungkin pulau itu akan menjadi sarang penyelundupan dan sarang ”mundu” atau bajak laut. Nasib Pulau Bunyu, Kabupaten Bulungan ini diperkirakan sama dengan kota-kota penghasil minyak di Kalimantan, seperti Sangatta, dan Sanga Sanga.

Beruntung
Namun, nasib kota kecil ini memang sedikit beruntung alias terbantu dengan tambang batu bara sebagai penyambungnya. Pengeksploitasian batu bara dari luasan pulau sekitar 110.800 hektare ini memberi harapan bagi Kabupaten Bulungan.
Justru itulah Bupati Bulungan tidak mau melepaskan pulau yang potensial mendulang dolar ini, walau Tarakan dan Kabupaten Tanah Tidung memintanya. ”Rasanya tidak salah memberikan izin eksploitasi batu bara di Bunyu,” ujar Bupati Bulungan Budiman Arifin yang mengaku punya kiat mengakhiri kemiskinan di sana.
Sumber daya tambang menjadi pemberdayaan terakhir pulau kecil itu, yang harus diawasi. Bila tidak, nasib jelek menanti, seperti Teluk Bayur di Berau, pernah menjadi pusat tambang batu bara di Timur Kaltim. Jangan sampai batu bara habis, sejarah kehidupan pulau kecil itu musnah, akhirnya dihuni nelayan kecil.
Transportasi laut Tarakan-Bunyu biasanya dilayani satu dua speed boat seharinya, kini lebih dari dua penyeberangan, sebagai feri angkutan orang, barang, dan jasa, pagi dan sore. Lima belas tahun lalu, transportasi udara Balikpapan-Bunyu-Tarakan-Balikpapan dilayani Pelita, anak perusahaan Pertamina. Seminggu tiga kali dengan cassa. Pokoknya, cukup ramai untuk sebuah kota kecil. Tapi kini sepi, tanpa ada lagi raungan pesawat, berbadan kecil sekalipun.
Saat ini tambang batu bara bersama 480 buruh dan ratusan keluarga pekerja menjadikan Bunyu kembali hidup. Pulau Bunyu adalah kecamatan luar Kabupaten Bulungan. Sebelum mekar menjadi lima kabupaten kota, Bulungan memiliki beberapa pulau, Tarakan dan Bunyu penghasil minyak dan gas. Mencapai Pulau Bunyu memerlukan waktu 2 jam 30 menit dengan speed boat 2 x 200 PK dari Tanjung Selor, ibu kota kabupaten, singgah dulu di Tarakan.

Sistem “Pacul Timbun”
Bupati Bulungan Budiman Arifin menilai, kehadiran penambang batu bara di Bunyu akan membawa kemajuan daerah karena tambang dikelola dan dikembangkan oleh perusahaan multinasional yang menganut “good mining practice”. Secara ekonomi hal itu berpengaruh pada pola hidup di Pulau Bunyu. Menjaga sumber daya air, cadangan dari tangkapan hujan sebagai air bawah tanah harus dipertahankan.
Lahan bekas tambang direklamasi dan selanjutnya dijadikan perkebunan, dan penghutanan kembali Bunyu. Oleh karenanya diterapkan sistem ”pacul timbun”, seluas apa pun lahan dieksploitasi dan ditambang, seluas itu pula yang direklamasi. Penelitian lingkungan dilakukan jelimet, jenis pokok pohon disesuaikan dengan pokok yang di tebang.
Didik Marsono dari perusahaan Adani Global yakin, tahun kesepuluh, setidaknya empat lokasi sudah mulai hijau. Reklamasi ini di luar dana cadangan Rp 1,1 miliar yang dijaminkan pada negara. Penghijauan terus dilakukan di area nonproduksi seperti crusher dan jetty.
Kegiatan di Bunyu pun kini makin menggeliat. Secara tak langsung bisnis melalui transportasi, pengadaan makanan, kontraktor konstruksi, suplier lokal, dan perumahan terus bertumbuh. Perputaran uang di Bunyu mencapai Rp 10 milliar per bulan.
Sekitar 695.03 Ha lahan telah dibebaskan dari kelompok tani dan masyarakat di Lamindo, 809 Ha lahan dibebaskan di Mitra dengan jumlah kompensasi Rp 27,2 miliar. Dari lahan itu pekerjaan proyek “kebangkitan” dimulai, bergerak keantero pulau.
Konsep keterpaduan antara swasta dan pemerintah dalam memelihara sumber daya alam berkelanjutan diharapkan. Penambang ingin menjadi contoh, memajukan masyarakat, sekaligus memperbaiki kerusakan, penghijauan lebih dari semula.
Dengan program “good mining practice” maupun sustainable development Bunyu diharapkan menjadi contoh untuk industri batu bara di Indonesia, sekaligus menjadi sebuah kota otonom dan terbebas dari kemiskinan.


Sumber : klik disini

Dibutuh kan segera koment nya...??? post di bawah ini.....



Artikel yang berhubungan :



1 komentar:

Anonim mengatakan...

majuu terusss pulau yang kecil ini..!!!

klo perlu buat pabrik yang bisa menuntungkan masyarakan bunyu..!!
dan bisa membuat ketentraman masyarakat bunyu, asalkan pabrik tersebut tidah menggau kondisi alam di bunyu...!!!

Posting Komentar

Kirim Koment anda sebagai NAMA/URL, Masukka nama Anda dan URL anda, URL bisa diisi sembarangan.
contoh URL : BLOG INI, Friendster, Blog kamu, DLL


KIRIM SEKARANG KOMENTAR ANDA DI SINI

 
Resolution: 1024x768px | Best View:

Powered By Blogger | Portal Design By azay kun || Spooky the evil © 2009